Rabu, 15 Oktober 2025

TITA ARILA PENCIPTA KERIPIK SEHAT

dok indonesiana.com


Siapa yang gak suka cemilan makanan ringan yang selalu ada setiap saat dalam situasi apapun. Tapi kebanyakan ngemil juga tidak baik untuk kesehatan apalagi kalau cemilannya tidak sehat sèperti kebanyakan keripik-keripik zaman sekarang yang beredar di pasaran  banyak mengandung tinggi garam, pengawet, pewarna dan minyak yang berlebihan. Enak sih tapi jauh dari kata sehat karena itulah Tita Arila perempuan asal Bandung pemenang SATU Indonesia Award di bidang kewirausahaan tahun 2022 membuat terobosan baru. Tita ingin membuķtikan bahwa cemilan keripik tidak harus identik dengan tidak sehat, dan bàhan lokal pun bisa diolah menjadi produk modern yang bernilai tinggi. 

Sebagai seorang penyuka cemilan yang mempunyai penyakit maag akut, Tita mengalami dampak buruk dari makanan dan cemilan tidak sehat. Hal ini mendorongnya untuk mencari solusi terbailk untuk dirinya sendiri dan juga untuk anak-anak lainnya. 

Dengan di bantu Ibunya yang bernama Nurchaeti, Tita Arila berinovasi dalam menciptakan cemilan sehat yang enak dan aman dikonsumsi terutama untuk anak-anak. Ia memulai usahanya yaitu dengan mengembangkan produk keripik buah-buahan  dengan nama BFF ( Best Friend Forever ) cemilan sehat, renyah tanpa pengawet dengan bumbu khas Indonesia. Usahanya ini sekaligus memberdayakan petani dan masyarakat lokal. Tita melibatkan para petani lokal sebagai pemasok bahan baku seperti singkong, ubi dan rempah-rempah, sehingga  menciptakan hubungan yang saling menguntungkan karena Tita mempermudah para petani dalam menjual hasil panennya.

Usaha yang diberi nama NN Internàtional ini memproduksi produk-produk keripik buah-buahan seperti pisang tanduk, tempe sagu, nangka dan lain sebagainya. Tita juga ingin mengubah persepsi anak-anak terhadap makanan sehat dan memperkenalkan pada mereka kelezatan buah-buahan alami yang kaya serat yang tidak hanya enak dan aman di konsumsi, tetapi juga memberikan nilai edukatif bagi anak-anak melalui produk-produk keripik buah-buahan. 

Dalam usahanya Tita memberdayakan ibu-ibu rumah tangga untuk terlibat dalam produksi cemilannya ini, memberikan mereka pelatihan produksi keripik hingga membekali mereka keterampilan yang bermanfaat di masa depan. Selain itu Tita juga menjalin kemitraan dengan teman-temàn disabilitas yang membantu dalam proses packing produk. Dengan cara ini Tita tidak hanya memberikan lapangan pekerjaan bagi mereka tetapi juga mengubah pandangan masyarakat terhadap kemampuan mereka.

Perjalanan keripik BFF tidaklah mudah dengan modal terbatas membuat Tita harus  memutar otak dan memangkas pengeluarannya agar proses produksi tetap  berjalan. Tita memilih bahan berkualitas menjaga proses produksi tetap higienis dan mengemas produk dengan desain menarik yang diminati kalangan anak muda. Kemasan produk BFF  menghadirkan pengalam bermain dan belajar bagi anak-anak, karena setiap kemasan dilengkapi dengan permainan edukatif yang bisa dimainkan bersama keluarga atau teman-teman. Awal mula penjualan keripik BFF adalah melalui media sosial dan e-commerce. Kemuadian berkembang lewat bazar pameran dan promosi komunitas. Perlahan keripik BFF mulai dikenal masyarakat dari mulut ke mulut, sertifikat halal juga sudah diperoleh sehingga memperkuat kepercayaan konsumen. Yang paling menarik dan bermanfaat adalah  keripik BFf juga menyediakan varian  keripik yang cocok dikonsumsi untuk konsumen yang sedang diet. Tita membuat varian keripik  rendah kalori dan lemak sehingga aman dikonsumsi tanpa harus khawatir pada berat badan. 


Keripik BFF tidak hanya fokus pada pasar lokal tetapi juga telah memperluas jangkauannya ke pasar internasional. Keripik BFF telah dijual di beberapa pasar  retail dan diekspor ke Luar Negri.  Atas usaha dan ketekunannya Tita meraih penghargaan SATU Indonesia Awards di bidang kewirausahaan pada tahun 2022. Penghargaan bergengsi yang diberikan atas kontribusinya menciptakan solusi makanan ringan yang menyehatkan sekaligus memberdayakan dan menginspirasi banyak orang. Semoga cerita inspiratif Tita Arila bisa diikuti oleh anak-anak generasi muda zaman sekarang.


 #APA2025-KSB



sumber Indonesiana.id





 

Sabtu, 11 Oktober 2025

KISAH HEROIK HENOK AYABMEN MEMBERANTAS BUTA AKSARA DI PEDALAMAN PAPUA


Foto dok kumparan

Henok Ayabmen adalah seorang pemuda berusia 28 tahun dari  suku Sougb desa terpencil di Papua Barat, penerima penghargaan SATU Indonesia Award 2023. Berkat perjuangannya dalam memberantas buta huruf dan peningkatan kualitas pendidikan di daerah pedalaman. Atas usahanya melalui Rumah Baca Sijo dia memberikan harapan dan tempat belajar di kampungnya untuk anak-anak yang belum pernah bersekolah.

Henok Menyaksikan dan merasakan  sendiri bagaimana anak-anak dikampung halamannya tumbuh besar tanpa bisa membaca dan menulis, serta tanpa memiliki keterampìlan apapun. Karena di daerah terpencil seperti itu pendidikan masih mempunyai keterbatasan. Untuk itu ia merasa terpanggil untuk menghadapi tantangan ini, dan berpendirian bahwa pendidikan adalah jalan keluar bagi anak-anak papua dalam menatap masa depan cerah  yang lebih baik.

Bermula dari selepas lulus dari STKIP Muhammadiyah tahun 2021, ia berfikir apa yang harus dilakukannya setelah ini sementara lapangan pekerjaan sulit di dapat. Akhirnya ia terinspirasi dari sosok Lamek Dowansiba founder 24 komunitas rumah baca di Papua Barat. Henok tergerak dan berniat untuk ikut membantu memberantas buta aksara khususnya di pegunungan Arfak. Karena itulah ia mendirikan  rumah baca yang bernama Sijo yang artinya terimakasih, Sijo sendiri berasal dari bahasa Arfak. Tak lama kemudian di tahun yang sama ia mendirikan sekolah darurat. 

Henok bercerita akses pendidikan di daerahnya memang  masih terbatas. Saat dirinya duduk di bangku sekolah dasar (SD), dia harus berjalan kaki dari pukul 5 pagi untuk sampai ke sekolahnya dan belajar pada pukul 7 pagi. Dia harus melewati medan yang tidak biasa karena tinggal di daerah pegunungan. Sampai dirinya berkuliah di STKIP Muhammadiyah Manokwari pun, masih belum ada akses pendidikan yang dibangun di daerah dekat tempat tinggalnya.

Melalui usahanya mendirikan Rumah Baca Sijo ia mengajak anak-anak dikampungnya untuk belajar huruf dan angka dengan konsep yang sederhana. Rumah Baca Sijo pertama kali bediri di tanah Soribo Manokwari Barat, yang selanjutnya dipindahkan ke kampung Dugrijmog  Pegunungan Arfak, yang terletak cukup pedalaman. Delapan jam perjalanan dari kabupaten Manokwari.  Berbentuk ruang belajar sederhana untuk anak-anak belajar membaca, menulis dan menghitung. Rumah baca Sijo yang berlokasi di pedalaman bukan sekedar tempat belajar, tetapi menjadi ruang bermain untuk tumbuh bersama. Rumah baca Sijo mendapatkan donasi buku-buku bacaan dari Komunitas Suka Membaca ( KSM ) milik Lamek Dowansiba. 


Seperti diketahui Papua termasuk salah satu wilayah dengan angka buta huruf tertinggi di Indon̈esia untuk usia 15 - 44 tahun. Tinggal di daerah 3T ( Tertinggal, Terdepan, Terluar ) pasti dihadapkan dengan tantangan berupa akses, kesiapan tenaga pengajar dan fasilitas yang belum mumpuni. Tapi Henok tetap sigap memfasilitasi anak - anak dengan buku bacaan dan konsep pembelajaran yang bisa diterima oleh masyarakat sekitar sehingga mereka bisa belajar dengan tenang dan nyaman.

Foto dok kumparan 

Pada tahun 2023 lalu henok mendapat kesempatan dari Astra dan menjadi bagian dari SATU Indonesia Awards dalam bidang pendidikan. Penghargaan ini diberikan berkat keberhasilan Henok dan dedikasinya untuk memberantas buta aksara di Papua Barat. 

Berkat  usaha dan kerja keras Henok Ayabmen yang membawa cahaya pèndidikan ke kampung halamannya, kini harapan anak - anak Papua untuk mengenyam pendidikan lahir kembali, rumah baca Sijo yang mulanya ruang belajar anak kini menjelma menjadi simbol dan corak pendidikan di wilayah pedalaman Papua. 

Semoga kisah inspiratif  Henok Ayabmen bisa diikuti oleh para generasi muda di daerah - daerah lainnya. 

 


 #APA2025-KSB


Dari berbagai sumber : 
Tribunpapuabarat.com
Kumparan.com